Pokok
Bahasan :
Plantae
Sub Pokok
Bahasan : 3.3.1. Ciri –ciri umum plantae
3.3.2. Tumbuhan Lumut
3.3.3. Tumbuhan Paku
3.3.4. Tumbuhan Biji
(Spermatophyta)
3.3.5. Peranan Plantae
Bagi Kelangsungan Hidup di Bumi.
Standar
Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
Kompetensi
Dasar : 3.3 Mendeskripsikan ciri –ciri
Divisio dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup
di bumi.
Indikator :
·
Siswa mampu
mengidentifikasikan ciri –ciri umum plantae.
·
Siswa mampu membedakan
tumbuhan lumut, paku dan biji berdasarkan ciri – cirinya.
·
Siswa mampu
mengklasifikasi tumbuhan lumut, tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
·
Siswa mampu
menjelaskan cara – cara perkembangbiakan tumbuhan lumut, paku dan biji.
·
Siswa mampu
menjelaskan siklus hidup tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
·
Siswa mampu
menjelaskan peranan berbagai jenis plantae tertentu yang ada dilingkungan.
·
Siswa mampu memberikan
contoh plantae Indonesia yang memiliki nilai tinggi untuk berbagai kebutuhan.
Uraian materi
A. Ciri – ciri umum plantae
Kingdom Plantae (Dunia
Tumbuhan) meliputi organisme multiseluler yang sel – selnya telah
terdiferensiasi, bersifat eukariotik, dan memiliki dinding sel selulosa.
Hampir seluruh anggota tumbuhan memiliki klorofil dalam selnya sehingga
bersifat autotrof atau dapat menyusun makanan sendiri. Kebanyakan tumbuhan
memiliki organ reproduksi multiseluler, yang disebut gametangium. Organisme
yang termasuk tumbuhan adalah lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
Lumut, tumbuhan paku,
dan tumbuhan biji umumnya termsuk kedalam tumbuhan tumbuhan darat. Tumbuhan
mempunyai berbagai kebutuhan misalnya menyangga berat tubuhnya sendiri, atau
melindungi jaringan tubuh dan alat reproduksinya dari kekeringan. Selain itu,
tumbuhan juga perlu mendapatkan air dan makanan dari tanah, serta
mentransportasikannya ke daun dan bagian yang lainnya. Untuk mengatasi berbagai
kebutuhan tersebut, tumbuhan memerlukan struktur tubuh dan fisiologi khusus.
Fisiologi tumbuhan darat lebih kompleks dibandingkan dengan tumbuhan air.
Pergiliran keturunan
Tumbuhan mengalami
pergiliran keturunan yang jelas dalam siklus hidupnya. Dalam pergiliran
keturunan ini, tumbuhan menghabiskan sebagian hidupnya dalam fase haploid dan
sebagian lagi diploid.
Fase kehidupan haploidnya
disebut generasi gametofit karena menghasilkan gamet (sel
kelamin) haploid melalui mitosis. Gametofit haploid menghasilkan anteridium
(gametangium jantan tempat sel sperma dihasilkan) dan arkegonium (gametangium
betina tempat sel telur dihasilkan). Apabila dua gamet tersebut bersatu, maka
dihasilkan zigot.Zigot menjadi awal dimulainya fase hidup diploid
tumbuhan, yang disebut generasi sporofit. Zigot tumbuh menjadi
embrio multiseluler dan berkembang menjadi tumbuham sporofit muda. Setelah
dewasa, tumbuhan sporofit ini akan memiliki sel khusus yang disebut sel
– sel sporogenik (sel penghasil spora). Sel sporogenik akan membelah
secara meiosis menghasilkan spora haploid.
B. Tumbuhan Lumut
Lumut (Bryophytes)
berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “ Tumbuhan Lumut
“. Pada umumnya, lumut berwarna hijau karena mempunyai sel – sel dengan
plastida yang menghasilkan klorofil a dan b. Jadi, lumut bersifat autotrof.
Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Berdasrkan struktur
tubuhnya, ada ahli yang menganggap bahwa tumbuhan lumut masih berupa talus,
tetapi ada pula yang menganggap lumut telah berkormus (mempunyai akar, batang
dan daun). Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus
dengan tumbuhan berkormus. Ada ahli botani yang menganggap lumut merupakan
perkembangan dari alga hijau yang berbentuk filamen.
Lumut melakukan dua
adaptasi yang memungkinkannya untuk tumbuh di tanah. Pertama, tubuhnya
diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat mengurangi penguapan dari
tubuhnya. Kedua, gamet – gametnya berkembang didalam suatu struktur yang
disebutgametangium. Sebagai akibatnya, zigot hasil fertilisasi
berkembang didalam jaket pelindung.
Karena lumut belum
mempunyai jaringan pengangkut, maka air masuk kedalam tubuh lumut secara
imbibisi. Setelah air masuk ke tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian
– bagian tumbuhan, baik secara difusi, dengan daya kapilaritas, maupun aliran
sitoplasma. Sistem pengangkutan air seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat
hidup dirawa dan ditempat teduh. Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar,
kebanyakan tingginya kurang dari 20 cm. Tumbuhan lumut teradaptasi untuk hidup
di darat, tidak berkormus, dan memiliki pergiliran keturunan.
1.
Ciri – Ciri Tubuh
Ciri – ciri tubuh
lumut adalah sebagai berikut :
£ Sel – sel penyusun
tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
£ Pada semua tumbuhan
yang tergolong lumut, terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya
(anteridium maupun arkegonium), terutama susunan arkegoniumnya. Arkegoniumnya
mempunyai susunan yang khas yang juga kita jumpai pada tumbuhan paku. Oleh
sebab itu, lumut dan paku disebut pula arkegoniata.
£ Batang dan daun pada
tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda – beda. Jika batangnya
dilihat secara melintang, tampak bagian – bagian sebagai berikut :
1. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk
rizoid – rizoid epidermis.
2. Lapisan kulit dalam, tersusun atas beberapa lapisan sel yang
dinamakan korteks.
3. Silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkimatik yang
memanjang dan berguna untuk mengangkut air dan garam – garam mineral (makanan).
Pada lumut belum terdapat floem dan xilem.
£ Daun lumut pada
umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis
sel. Sel – sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala. Diantaranya terdapat sel – sel mati dengan penebalan
dinding dalam berbentuk spiral. Sel – sel mati ini berguna sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan.
£ Pada lumut, hanya
terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Pada ujung
batang terdapat titik tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula
itu biasanya berbentuk bidang empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk
sel –sel baru ketiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin
disebabkan tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
£ Rizoid tampak seperti
benang – benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap air serta garam – garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu
deret sel yang memanjang, kadang – kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
£ Struktur sporofit
(sporogonium) tubuh lumut terdiri dari :
a. Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
b. Seta atau tangkai
c. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan
peralihan antara seta dengan kotak spora.
d. Kaliptra atau tudung, berasal dari dinding arkegonium sebelah
atas menjadi tudung kotak spora.
e. Kolumela, jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam
pembentukan spora.
Sporofit tumbuh pada
gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki klorofil sehingga dapat
berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya
melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang dalam pada sporofit, menghasilkan
spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap
perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan dibagian bawahnya terdapat
rizoid yang berfungsi seperti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi
spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan
rerproduksi seksual.
2.
Reproduksi
Reproduksi lumut
bergantian antara fase seksual dan aseksual. Reproduksi aseksualnya dengan
spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet – gamet baik jantan maupun betina yang dibentuk dalam
gametofit.
Ada dua macam
gametangium, yaitu sebagai berikut :
a. Arkegonium (gametangium betina),
bentuknya seperi botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang
sempit disebut leher. Keduanya mempunyai dinding yang tersusun atas selapis
sel. Diatas perut terdapat saluran leher dan satu sel induk yang besar, sel ini
membelah menghasilkan sel telur.
b. Anteridium (gametangium jantan),
bentuknya bulat seperi gada. Dinding anteridium terdiri dari selapis sel –sel
yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah besar sel induk spermatozoid. Sel
induk ini membelah secara meiosis dan menghasilkan spermatozoid – spermatozoid yang
berbentuk seperti spirala pendek. Sebagian besar terdiri dari inti dan pada
bagian depannya terdapat dua buluh cambuk.
Reproduksi aseksual
dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan
yang disebut Metagenesis. Jika anteridium dan arkegonium
terdapat dalam satu individu, tumbuhan lumut disebut berumah satu (Monoesis).
Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja disebut
berumah dua (Diesis).
3.
Klasifikasi
Dahulu, lumut termasuk
divisi Bryophyta yang dibagi menjadi tiga kelas,yaitu lumut daun, lumut hati,
dan lumut tanduk. Sekarang ketiganya menjadi divisi yang terpisah, yaitu
Bryophyta, Hepaticophyta, dan Anthocerotophyta.
a. Lumut Daun (Bryophyta)
Lumut daun merupakan
lumut yang paling banyak dikenal. Hamparan lumut sering terdapat di tempat –
tempat yang lembab. Bryophyta mempunyai struktur seperti akar yang disebut
rizoid, struktur seperti batang, dan struktur seperti daun.
Tubuh fase gametofit lumut
daun memiliki gametangium di bagia atasnya. Kebanyakan spesies lumut
menghasilkan gamet berbeda sehingga dapat dibedakan antara tumbuhan jantan dan
tumbuhan betina. Akan tetapi, ada juga yang menghasilkan anteridium dan
arkegonium pada satu tumbuhan.
.
Tubuh fase sporofit
yang dihasilkan akan tumbuh di bagian atas tubuh gametofit betina.sporofit akan
terus menempel pada gametofit dan bergantung untuk memperoleh nutrisi. Setelah
dewasa, sporofit akan berubah warna menjadi kecokelatan. Sporofit dewasa
terdiri dari kaki yang melekatkan sporofit pada gametofit dan menyerap nutrisi
dari gametofit,serta atau batang,serta kapsul yang mengandung sel – sel
sporogenik. Pada beberapa spesies,kapsul dilapisi struktur seperti tudung,yang
disebut kaliptra, yang dihasilkan oleh arkegonium. Jika spora lumut
sampai kelingkungan yang sesuai, spora itu akan berkecambah dan tumbuh menjadi
filamen yang disebut Protonema. Contoh lumut ini antara
lain Polytrichum juniperinum, Funaria, Pogonatum cirratum, Aerobryopsis
longissima, dan lumut gambut sphagnum.
b. Lumut Hati (Hepaticophyta)
Lumut hati mencakup
6.000 spesies tumbuhan tak berpembuluh. Bentuk tubuh gametofit lumut hati
berbeda dengan gametofit lumut daun. Pada lumut hati, tubuhnya tersusun atas
struktur berbentuk hati pipih, disebut talus, yang tidak
terdiferensiasi menjadi akar, batang, dan daun. Tubuhnya terbagi menjadi dua
lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati.
Siklus hidup lumut
hati mirip dengan lumut daun, walaupun bentuk tubuhnya agak berbeda. Di dalam
sporangium terdapat sel yang berbentuk gulungan yang disebutelatera. Elatera
akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora.
Pada beberapa lumut
hati, gametangium berada pada struktur batang yamg disebut arkegoniofor (yang
menghasilkan arkegonium) dan anteridiofor (yang menghasilkan
anteridium). Lumut hati juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan sel
yang disebut gemma. Yang merupakan struktur seperti mangkok
dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan Porella.
c. Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)
Lumut tanduk mempunyai
gametofit mirip dengan gametofit lumut hati, perbedaannya hanya terletak pada
sporofitnya. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh
seperti tanduk dari gametofit. Masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang
berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan lumut. Contohnya adalah Anthoceros
natans. Pada spesies ini arkegonium dan anteridium melekat pada talus
gametofit. Ciri unik dari lumut tanduk adalah sporofit akan terus tumbuh selama
masa hidup gametofit.
4.
Peranan Lumut bagi
Kehidupan
Lumut digunakan oleh
ilmuwan sebagai model dalam eksperimen biologi tumbuhan. Ada spesies tertentu
yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia
plymorpha. Selain itu, jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat
digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Sphagnum jika
ditambahkan ketanah dapat membantu penyerapan air dan menjaga kelembaban tanah.
C. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku termasuk
golongan tumbuhan yang telah berkormus dan merupakan kelompok tumbuhan
berpembuluh yang paling sederhana. Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (Zaman
karbon), hutan paku raksasa mendominasi permukaan bumi.
1. Ciri – ciri Tumbuhan Paku
Semua anggota divisi
tumbuhan paku memiliki empat strukur penting, yaitu sebagai berikut :
a. Lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat disekeliling
organ reproduksi.
b. Embrio multiseluler yang terdapat dalam arkegonium.
c. Kutikula pada bagian luar.
d. Sistem transpor internal yang mengangkut air dan zat makanan
dari dalam tanah. Sistem transpor ini sama baiknya seperti pengorganisasian
transpor air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan paku memiliki
kormus, bermetagenesis, dan hidup di tempat lembab (bersifat higrofit).
Struktur Tubuh
Tumbuhan paku memiliki
bagian – bagian sebagai berikut :
v Akar
Akar paku bersifat
seperti akar serabut, berupa rizoma. Ujung akar dilindungi kaliptra yang
terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel –sel akarnya sendiri.
Pada titik tumbuh
akar, terdapat sebuah sel puncak berbentuk bidang empat yang membelah keempat
arah menurut bidang sisinya. Sel yang dibentuk kearah luar akan menjadi
kaliptra, sedangkan ketiga arah lainnya akan menjadi akan menjadi sel –sel
akar. Sel – sel akar akan membentuk epidermis (kulit luar), korteks (kulit
dalam), dan silinder pusat. Pada silinder pusat terdapat pembuluh angkut (floem
dan xilem) yang bertipe konsentris. Xilem berada di tengah dan dikelilingi oleh
floem.
v Batang
Batang pada sebagian
besar jenis paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa
rimpang,mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul diatas permukaan
tanah, batangnya sangat pendek 0,5 meter. Akan tetapi, ada batang beberapa
jenis tumbuhan paku seperti paku pohon atau paku tiang yang dapat
mencapai 5 meter dan kadang – kadang bercabang, seperti Alsophila dan Cyathea.
v Daun
Daun selalu melingkar
dan menggulung pada usia muda. Berdasarkan bentuk, ukuran,dan susunannya, daun
paku dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Mikrofil
Daun ini berbentuk
kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun,
belum memperlihatkan diferensiasi sel. Daun ini tidak dapat dibedakan antara
epidermis, daging daun, dan tulang daunnya.
b. Makrofil
Makrofil merupaka daun
yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun, serta bercabang – cabang.
Sel –sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan
antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut
daun).
Penguapan pada paku
tidak hanya melalui stomata, melainkan juga melalui dinding sel epidermis yang
berkutikula tipis.
Ditinjau dari
fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi berikut ini :
a. Tropofil
Tropofil merupakan
daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis.
b. Sporofil
Daun ini berfungsi
untuk menghasilkan spora. Daun ini juga dapat melakukan fotosintesis, sehingga
disebut pula troposporofil
Spora paku dibentuk
didalam kotak spora (sporangium), pada jenis paku yang berlainan, sporangium
memiliki bentuk, ukuran, dan susunan yang berbeda. Kumpulan sporangium
disebut sorus. Sorus terdapat dibagian permukaan bawah daun.
Susunan sorus beraneka ragam, misalnya berjajar disepanjang tepi daun, sejajar
tulang daun, zig – zag, tersebar merata membentuk noktah, atau menutup
permukaan bawah daun.
Sorus muda seringkali
dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Ada tidaknya
indusium merupakan ciri khas yang sering dipakai dalm klasifikasi tumbuhan
paku. Pada gametofit paku dewasa terdapat struktur pipih kecil berbentuk hati
melekat di tanah, disebut protalus. Protalus biasanya menghasilkan
anteridium dan arkegonium di bagian bawahnya.
Ditinjau dari macam
spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga golongan
sebagai berikut :
I.Paku Homospora
(isospora)
Kelompok paku
homospora menghasilkan satu jenis spora, misalnya Lycopodium(paku
kawat).
II.Paku Heterospora
Paku heterospora
menghasilkan dua jenis spora yang berlainan. Spora yang berukuran besar disebut
Megaspora, yaitu gameet betina yang akan membentuk arkegonium. Spora yang
berukuran kecil disebut mikrospora yang akan membentuk gamet jantan atau
anteridium. Misalnya Marsilea (semanggi) dan Selaginella (paku
rane).
III.Paku Peralihan
Paku ini merupakan
peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang menghasilkan
spora yang berbentuk dan ukurannya sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya.
Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
2. Habitat
Habitat tumbuhan paku
adalah di darat. Ada beberapa yang teradaptasi hidup dilingkungan berair. Paku
terutama tumbuh dilapisan bawah di datarn rendah, etpi pantai, lereng gunung,
dan 350 meter diatas permukaan laut terutama didaerah lembab. Ada paku yang
bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain.
3. Reproduksi
Tumbuhan paku dapat
bereproduksi secara aseksual (vegetatif), yakni dengan stolon yang menghasilkan
gemma ( tunas). Gemma adalah anakan pada tlang daun atau kaki daun yang
mengandung spora.
Reproduksi secara
seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat
kelamin (gametangium). Gametangium jantan (anteridium) menghasilakan
spermatozoid dan gametangium betina menghasilkan sel telur (ovum). Seperti
halnya tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran
keturunan). Metagenesis ini dibedakan antara paku homospora dengan paku
heterospora.
4. Klasifikasi
Tumbuhan paku
dibedakan menjadi empat divisi, yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta dan
Pterophyta.
a. Psilotophyta
Psilotophyta merupakan
tumbuhan paku sederhana dan hanya mempunyai dua generasi. Contoh yang sudah
dikenal adalah Psilotum sp. Yang tersebar luas di daerah tropis dan
subtropis.
Pada generasi
sporofit, psilotum sp. Mempunyai ranting dikotom dan tidak memiliki
akar dan daun. Sebagai pengganti akar, Psilotum mempunyai rizoma yang
diselubungi rambut – rambut kecil yang disebut Rizoid. Jaringan pengangkut
tidak ditemukan pada Psilotophyta.
b. Lycophyta
Dewasa ini hanya
sedikit spesies Lycophyta yang masih bertahan hidup, yaitu yang tergolong
genus Lycopodium sp dan selaginella sp. Pada
umumnya, spesies Lycopodium adalah tumbuhan tropis dan hidup sebagai epifit.
Spesies lain tumbuh dilantai hutan di daerah subtropis. Spora Lycopodium terdapat
dalam sporofit yang merupakan daun khusus untuk bereproduksi. Spora dapat hidup
didalam tanah selama lebih dari sembilan tahun. Setiap gametofit memiliki
arkegonium dan anteridium.
Lycopodium sp termasuk paku homospora karena menghasilkan spora tunggal yang
akan berkrmbang menjadi gameetofit biseksual yang memiliki organ jantan maupun
betina. Selaginella sp merupakan tanaman heterospora , karena
menghasilkan dua jenis spora.
c. Sphenophyta
Sphenophyta sering
disebut juga paku ekor kuda. Kebanyakan paku Sphenophyta hidup ditempat basah,
seperti rawa. Paku ekor kuda memiliki daun kecil, batang, dan akar sejati.
Generasi sporofit paku
ekor kuda cukup mencolok. Peristiwa meiosis terjadi dalam sporangium dan akan
menghasilkan spora haploid. Gametofit yang berkembang dari spora berukuran
sangat kecil, tetapi dapat melakukan fotosintesis dan hidup secara bebas.
Sphenophyta bersifat homospora. Contohnya adalah Equisetum sp.
d. Pterophyta
Pterophyta banyak
terdapat di hutan subtropis maupun didaerah tropis. Paku Pterophyta mempunyai
daun – daun yang lebih besar dibandingkan divisi lainnya. Ada dua jenis daun
yaitu Megafil dan Mikrofil. Megafil mempunyai sistem percabangan pembuluh.
Mikrofil adalah daun yang muncul dari batang yang mengandung untaian tunggal
jaringan pengangkut. Contohnya adalah Marsilea crenata dan Asplenium
nidus.
5. Peranan Tumbuhan Paku Bagi Kehidupan
Beberapa jenis
tumbuhan paku bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contoh pemanfaatan tumbuhan
paku oleh manusia.
£ Dipelihara sebagau
tanaman hias, misalnya Platycerium bifurcatum (paku tanduk
rusa), Asplenium sp (paku sarang burung), Adiantum sp (suplir),
dan selaginella sp (paku rane).
£ Penghasil bahan obat –
obatan, misalnya Aspidium sp, Dryopteris filix-mas,dan lycopodium
clavatum.
£ Sebagai sayuran,
misalnya Marsilea crenata (semanggi) dan Pteridium
aquilium
£ Sebagai bahan pupuk
hiaju, misalnya Azolla pinnata, paku ini bersimbiosis dengan alga
hijau-biru Anabaena azollae dalam memfiksasi nitrogen bebas.
£ Sebagai salah satu
bahan dalam membuat karangan bunga, misalnyaLycopodium cernuum.
D. Tumbuhan Biji (Spermatophyta)
Tumbuhan biji
berkembang biak dengan biji. Spermatophyta meliputi Angiospermae dan
Gymnospernae. Tumbuhan biji menunjukkan keanekaragaman struktu, pertumbuhan,
dan proses – proses perkembangbiakan yang mengagumkan. Ciri – ciri umum
tertentu antara lain sebagai berikut :
1.
Struktur
perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan oleh bunga ataupun
rujung. Setiap biji mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio yang terbentuk
oleh suatu proses reproduksi seksual. Sesudah bertunas, embrio ini tumbuh
menjadi tumbuhan yang dewasa.
2.
Sperma atau sel
kelamin jantan menuju ke sel telur atau sel kelamin betina melalui tabung
serbuk sari yang hanya terdapat pada tumbuhan biji.
3.
Tumbuhan biji mempunyai
jaringan pembuluhan yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran untuk mengangkut
air, mineral, makanan,dan bahan – bahan lain.
4.
Tumbuhan biji
mempunyai pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk fotosintesis, yaitu proses
dasar pembuatan makanan pada tumbuh – tumbuhan.
Seperti halnya lumut
dan paku, tumbuhan biji juga mengalami pergiliran keturunan. Generasi sporofit
bersifat dominan, sedangkan gametofit bergantung sepenuhnya pada sporofit.
Tidak seperti lumut dan paku, tumbuhan biji tidak mempunyai fase gametofit yang
hidup bebas. Embrio tumbuhan biji berkutub dua (bipolar). Tumbuhan biji
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Gymnospermae(tumbuhan biji
terbuka) dan Angiospemae (tumbuhan biji teetutup).
· Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Ciri-ciri gymnospermae
tidak mempunyai bunga sejati, tidak ada mahkota bunganya. Bakal biji terdapat
di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah, merupakan tumbuhan
heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora berlainan, megaspora membentuk gamet
betina, sedangkan mikrospora menghasilkan serbuk sari,
struktur reproduksi
terbentuk di dalam strobilus. Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal.
Gymnospermae dibagi
dalam empat kelompok yaitu:
v pinophyta,
v cycadophyta,
v ginkgophyta dan
v gnetophyta.
Pinophyta dikenal
sebagai konifer, menghasilkan resin/getah, monoesis, daun berbentuk jarum,
contohnya Pinus sp. Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis, diesis,
contohnya Cycas revoluta, Cycas rumphii, Encephalartos transvenosus.
Ginkgophyta hanya mempunyai satu spesies di dunia ini yaitu Ginkgo biloba,
diesis, biji tidak di dalam rujung benar-benar terbuka ke udara bebas.
Gnetophyta berbeda dengan kelompok lainnya karena memiliki pembuluh kayu untuk
mengatur air pada bagian xilemnya. Contohnya Gnetum gnemon, Epherda dan
Welwitschia. Manfaat gymnospermae yaitu untuk industri kertas dan korek api
(Pinus dan Agathis), untuk obat-obatan (Pinus, Ephedra, Juniperus), untuk
makanan (Gnetum gnemon), tanaman hias (Thuja, Cupressus, Araucaria).
· Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)
Ciri-ciri Angiospermae memiliki bakal biji atau
biji yang tertutup oleh daun buah, mempunyai bunga sejati, umumnya
tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba. Dalam reproduksi terjadi
pembuahan ganda. Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu Monocotyledoneae
(berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).
MONOCOTYLEDONEAE
Mempunyai biji berkeping satu, berakar serabut, batangnya dari pangkal sampai ujung hampir sama besarnya. Umumnya tidak bercabang. Akar dan batang tidak berkambium. Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca (pisang),Cocos nucifera (kelapa)
DICOTYLEDONEAE
Mempunyai biji jumlah kepingnya dua, berakar tunggang, batang dari pangkal besar makin ke atas makin kecil. Batang bercabang, akar dan batang berkambium. Contohnya: Casia siamea (johar), Arachis hypogea (kacang tanah), Psidium guajava (jambu biji), Ficus elastica (karet).
1. Ciri morfologi
Tubuh
tumbuhan terdiri dari akar dan tajuk. Diantara adaptasi yang
memungkinkan tumbuhan dapat hidup di darat adalah kemampuannya untuk
mengabsorpsi air dan mineral dari dalam tanah, menyerap cahaya matahari dan
mengambil CO2 dari udara untuk fotosintesis
serta kemampuannya untuk hidup dalam kondisi yang kering.
Akar
dan tajuk saling bergantung satu sama lainnya, akar tidak mampu
hidup tanpa tajuk, demikian sebaliknya. Karena tidak
memiliki kloroplas dan hidup di tempat yang gelap menyebabkan
akar tidak dapat tumbuh tanpa gula dan nutrisi organik lainnya yang diangkut
dari daun yang merupakan bagian dari sistem
tajuk. Sebaliknya
batang dan daun bergantung pada air dan mineral yang diserap oleh
akar.
Akar
tumbuhan berfungsi sebagai penopang berdirinya tumbuhan (jangkar), pengabsopsi
air dan mineral, serta tempat penyimpanan cadangan makanan. Tajuk
terdiri dari batang, daun dan bunga (bunga merupakan
adaptasi untuk reproduksi tumbuhan Angiospermae). Batang adalah bagian
tumbuhan yang terletak di atas tanah, mendukung daun-daun dan bunga.
Pada pohon, batang-batang meliputi batang pokok dan semua
cabang-cabang, termasuk ranting-ranting yang kecil. Batang mempunyai buku
sebagai tempat melekatnya daun, juga mempunyai ruas yakni jarak diantara
dua buku. Daun merupakan tempat utama berlangsunya fotosintesis, kendati ada
beberapa spesies tumbuhan yang batangnya dapat melakukan
fotosintesis karena memiliki kloroplas. Daun terdiri dari
helaian daun yang melebar (lamina) dan tangkai daun (petiol) yang menghubungkan
daun dengan batang
Pada
ujung batang terdapat tunas yang belum berkembang yang disebut tunas ujung.
Selain itu dijumpai juga tunas aksilar/tunas lateral/tunas samping yang
terdapat di ketiak daun, tunas ini biasanya dorman. Pada banyak tumbuhan, tunas
ujung menghasilkan auksin yang dapat menghambat pertumbuhan tunas
aksilar. Fenomena ini disebut dengan dominansi apikal yang merupakan
suatu adaptasi yang dapat meningkatkan kemampuan tumbuhan untuk memperoleh
cahaya. Hal
ini sangat penting apabila kerapatan vegetasi di suatu tempat tinggi.
Pembentukan cabang juga penting untuk meningkatkan sistem tajuk,
pada kondisi tertentu tunas-tunas aksilar akan mulai tumbuh. Beberapa dari
tunas tersebut kemudian berkembang menjadi cabang-cabang yang menghasilkan
bunga dan yang lainnya berkembang menjadi cabang non reproduktif, lengkap
dengan tunas ujung, daun-daun dan tunas aksilar.
Organ
tumbuhan yaitu akar, batang, daun, buah, bunga dan biji, seluruhnya disusun
dari jaringan-jaringan yang masing-masing jaringan tersebut mempunyai struktur
dan fungsi yang berbeda-beda. Masing-masing jaringan disusun dari
sel-sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.
Perbedaan antara
Tumbuhan Dikotil dan Monokotil
Faktor Pembanding
|
Dikotil
|
Monokotil
|
Akar
|
Sistem akar tunggang
|
Sistem akar serabut
|
Batang dan akar
|
Mempunyai kambium, sehingga dapat
membesar
|
Tidak berkambium, sehingga tidak
dapat membesar
|
Daun
|
Susunan tulang daun menyirip atau
menjari
|
Susunan tulang daun sejajar atau
melengkung
|
Bunga
|
Jumlah bagian bunga umumnya 4, 5,
atau kelipatannya
|
Jumlah bagian bunga umumnya 3 atau
kelipatannya
|
Biji
|
Saat berkecambah membelah dua
memperlihatkan 2 daun lembaga
|
Saat berkecambah tetap utuh tidak
membelah
|
Ujung akar lembaga
|
Tidak mempunyai sarung pelindung
|
Mempunyai sarung pelindung yaitu
koleoriza
|
Ujung pucuk
|
Tidak mempunyai sarung pelindung
|
Mempunyai sarung pelindung yaitu
koleoptil
|